Background

Trunyan

Jika ingin mengisi agenda wisata anda dengan hal yang seru dan menarik, sepertinya berkunjung ke Desa Trunyan adalah pilihan yang tepat.

Desa Trunyan adalah sebuah desa bali pegunungan atau Bali Aga yang hingga kini masih lestari keberadaannya. Terletak di daerah bali tengah. Tepatnya di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli.

Untuk menuju ke desa ini, bisa melewati Desa Panelokan yang berhawa sejuk, dari sini anda dapat melihat pemandangan Danau Batur dibawah sana cukup menawan. Kemudian dari Desa Kedisan anda harus menyeberangi Banau Batur selama 45 menit dengan perahu bermotor atau 2 jam dengan perahu lesung yang digerakkan dengan dayung.

Selama menyusuri danau, anda bisa menyaksikan pesona keindahan sekitar danau yang memukau. Nah selain jalan air, Trunyan juga dapat dicapai lewat jalan setapak melalui Desa Buahan dan Abang.

Dari kejauhan  anda sudah dapat melihat pemandangan Desa Trunyan, dengan kelompok-kelompok rumah penduduk yang ada di bibir Danau Batur. Kehidupan di desa ini masih sangat tradisional. Sentuhan modernisasi tidak begitu jelas terlihat dengan rutinitas masyarakatnya sebagai petani dan nelayan. Namun yang menarik dari desa ini adalah tradisi pemakaman yang dilakukan masyarakatnya.

Adat Desa Terunyan mengatur tata cara menguburkan mayat bagi warganya. Di desa ini ada tiga kuburan (sema) yang diperuntukan bagi tiga jenis kematian yang berbeda. Apabila salah seorang warga terunyan meninggal secara wajar, mayatnya akan ditutupi kain putih, diupacarai, kemudian diletakkan tanpa dikubur di bawah pohon besar bernama Taru Menyan, di sebuah lokasi bernama Sema Wayah.

Namun, apabila penyebab kematiannya tidak wajar. Seperti karena kecelakaan, bunuh diri, atau dibunuh orang, mayatnya akan diletakan di lokasi yang bernama Sema Bantas. Sedangkan untuk mengubur bayi dan anak kecil, atau warga yang sudah dewasa tetapi belum menikah, akan diletakan di Sema Muda.

Uniknya mayat-mayat yang diletakan dengan rapi di Setra itu tidak menimbulkan bau. Hal  ini disebabkan pohon Taru Menyan yang bisa mengeluarkan bau harum dan mampu menetralisir bau busuk mayat. Taru berarti pohon. Sedangkan Menyan berarti harum. Pohon Taru Menyan ini, hanya tumbuh di daerah ini, jadilah Tarumenyan yang kemudian lebih dikenal sebagai Terunyan yang diyakini sebagai asal usul nama desa tersebut.

Jika pas kebetulan, pengunjung bisa mendapati secara nyata kondisi mayat dalam keadaan utuh bersebelahan dengan kondisi mayat yang telah menjadi tengkorak.
pengunjung, baik lokal maupun mancanegara, bebas mengambil foto dari tempat tengkorak dibaringkan, namun jangan coba-coba untuk membawa pulang tengkorak-tengkorak ini.

Uang koin, perlengkapan pribadi di masa hidup, pakaian yang tercabik-cabik menyembul dari tanah. Pemandangan ini akan menghiasi kesan jejak kehidupan manusia yang bermukim di Desa Trunyan telah berakhir di sini.. Di sebidang tanah yang luasnya kurang dari satu are serta berundag

Jadi jika anda tertarik dengan eksotika tradisi yang ditampilkan Desa Trunyan, jangan lupa untuk mengabadikannya dalam dalam agenda perjalanan wisata  anda ke Bali.

Categories: Share

Leave a Reply