Background

I Wayan Rindi - Seniman Tari

Bali merupakan pulau yang sangat kaya akan seni dan budayanya. Keragaman dan keunikan seni dan budaya Bali mampu menarik wasatawan mancanegara untuk datang dan berkunjung ke Bali.

Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama Hindu.  

Masyarakat Bali mengakui adanya perbedaaan (rwa bhineda),yang sering ditentukan oleh factor ruang (desa), waktu (kala) dan kondisi riil di lapangan ( patra ).

Konsep desa, kala,dan patra menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan selektif dalam menerima danmengadopsi pengaruh kebudayaan luar.

Bali memiliki banyak seniman tari tradisional yang tangguh. Dengan mengusung kesenian tradisional, para seniman Bali mampu merambah jagat kesenian internasional.Salah Satunya I Wayan Rindi.

Kisah Rindi berawal pada 1930-an, ketika tiba-tiba masyarakat Badung dikejutkan kehadiran tari Gandrung Lawangan. Masyarakat begitu terpesona gerak berasa seorang penari belasan tahun. Siapa sangka penari Gandrung berkarisma itu ternyata I Wayan Rindi. 

Rindi yang lahir di Banjar Lebah Denpasar pada tahun 1917, adalah salah satu tokoh seniman tari Bali yang memiliki kemampuan menggubah dan melestarikan seni tari Bali. Dia juga dikenal sebagai pencipta atau koreografer bentuk modern dari Tari Pendet.

Dipungut seorang petani Banjar Tegal Linggah sewaktu usia kanak-kanak,selanjutnya Rindi dikenalkan dengan dunia tari lewat empu tari ternama, seperti I Nyoman Kaler dari Pemogan,Wayan Lotering dari Kuta,serta oleh penabuh I Regog dari Ketapian.

Dari bimbingan para maestro inilah, Rindi lahir dan tumbuh menjadi seniman tari yang utuh; praksis penguasaan teknik tari berenergi taksu, sekaligus pula menubuhkan citarasa intuisi yang selalu berkembang maju.

Dari olah praksis kesenian yang utuh ini pula, kehadiran Rindi senantiasa ditunggu.Mengharuskannya menapaki ruang-ruang antusiasme masyarakat akan kegandrungan pada indah laksana tari dan tabuh Bali yang berasa. Rindi didaulat untuk membiakkan kharisma seni tari pada berbagai lapis masyarakat. Hingga jadilah dia guru bagi seniman-seniman seni pertunjukkan Bali yang di masa kini namanya melenggang, seperti Ni Ketut Alit Arini, I Ketut Rina, dan lainnya, serta kepada empat anaknya, yaitu Luh Merti, Made Netra, Nyoman Suyasa,dan Ketut Suta

Categories: Share

Leave a Reply