Background

Omed - Omedan

Bali memiliki begitu banyak keunikan,salah satunya tradisi omed-omedan. Omed-omedan merupakan tradisi dan budaya unik yang ada di Banjar Kaja Sesetan, Denpasar.

Dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang sebagian besar adalah kaum remaja. Dalam bahasa bali omed-omedan memiliki arti tarik-tarikan.


Jika festival ogoh-ogoh dilakukan sehari sebelum Nyepi, omed-omedan berlangsung satu hari setelah Nyepi. Omed-omedan telah berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu, bahkan telah menjadi festival tahunan dalam kalender wisata di Denpasar

Anggapan yang melukiskan tradisi ini sebagai kesempatan kaum muda untuk berciuman di depan masyarakat umum,tidaklah benar. Tradisi ini hanya merupakan luapan kebahagiaan muda-mudi saat merayakan omed-omedan pada hari ngembak geni. Tradisi langka ini telah dilakoni secara turun-temurun warga masyarakat Banjar Kaja.

Warga merefleksikan tradisi ini sebagai sebuah tradisi yang mengandung nilai religiusitas, persatuan dan kesatuan, etika, dan estetika. Oleh karena itu, tradisi ini merupakan warisan adiluhung leluluhur yang akan tetap dilestarikan.


Para tokoh dan warga Banjar Kaja pun mulai berusaha mendongkrak citra tradisi ini. Kemasan perlehatannya tidak lagi dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya.Tradisi ini dijadikan sebuah festival. 

Awalnya tradisi ini dilakukan di Puri Oka. Puri Oka merupakan sebuah kerajaan kecil pada zaman penjajahan Belanda. Ceritanya, pada suatu saat konon raja Puri Oka mengalami sakit keras. Sang raja sudah mencoba berobat ke berbagai tabib tapi tak kunjung sembuh. Pada Hari Raya Nyepi, masyarakat Puri Oka menggelar permainan omed omedan yang asal katanya dari med-medan (tarik-tarikan). Saking antusiasnya, suasana jadi gaduh akibat acara saling tarik para truna truni. Raja yang saat itu sedang sakit pun marah besar.

Dengan berjalan terhuyung-uyung raja keluar dan melihat warganya yang sedang tarik-tarikan sampai berpelukan. Anehnya melihat adegan itu, tiba-tiba raja tak lagi merasakan sakitnya. Ajaibnya setelah itu raja kembali sehat seperti sediakala. Raja lalu mengeluarkan titah agar omed omedan harus dilaksanakan tiap Hari Raya Nyepi.

Namun pemerintah Belanda yang waktu itu menjajah gerah dengan upacara itu. Belanda pun melarang ritual permainan muda mudi tersebut. Namun tiba-tiba ada 2 ekor babi besar berkelahi di tempat omed omedan biasa digelar. Akhirnya raja dan rakyat meminta petunjuk kepada leluhur. Setelah itu omed omedan dilaksanakan kembali tapi sehari setelah Hari Raya Nyepi.
 

Pada zaman Belanda, omed omedan dilakukan dengan cara saling berangkulan. Namun seiring perkembangan zaman para peserta omed omedan lebih berani dan tak lagi saling rangkul tapi juga saling cium. Awalnya hanya cium pipi, tapi belakangan ciuman telah berubah menjadi ciuman bibir. Tidak jarang usai omed omedan muda-mudi Banjar menemukan jodohnya langsung.

Tradisi omed-omedan ini memang cukup menarik dan mendapatkan perhatian didunia dan sudah dikenal dimana-mana dan kebanyakan turis yg datang dari luar negeri sangat terpukau akan tradisi ini dan menarik perhatian mereka. inilah gambaran betapa Bali kaya akan ragam budaya yg sangat tinggi nilainya.

Categories: Share

Leave a Reply