Festival Layang - Layang Bali
Festival Layang-layang atau Bali Kite Festival merupakan di Bali yang biasanya banyak ditunggu-tunggu oleh masyarakat Bali dan para wisatawan. Kegiatan ini diselenggarakan pada musim angin yakni antara bulan Juli-Agustus.
Festival layang-layang merupakan atraksi wisata yang sangat menarik dan mengandung dan keagamaan dari kehidupan masyarakat Bali.
Mengapa layang-layang? Karena layang-layang ini sudah menjadi budaya hidup sebagian besar masyarakat di Bali.
Hal ini dapat dilihat selama waktu panen, angin bertiup sangat keras dan ini adalah saat yang tepat untuk mengadakan kegiatan lomba ini.
Hal ini juga terlihat dari kehidupan masyarakat Hindu di bali yang menggunakan wujud Sang Hyang Rare Angon sebagai simbol kedekatan layang-layang dengan masyarakat Bali. Layang-layang menjadi ungkapan rasa syukur dan kebahagian petani atas keberhasilan panen mereka kepada Dewa Siwa, satu dari tiga manifestasi Tuhan dalam agama Hindu.
Dalam festival layang-layang ini melombakan berbagai jenis layang-layang tradisional Bali seperti Bebean (berbentuk ikan), Janggan (berbentuk burung) dan Pecukan (daun berbentuk) dan juga layang-layang kreasi baru.
Beberapa Ukuran layang-layang adalah berkisar antara 4 meter – 10 meter panjang. Layangan Janggan bisa memiliki panjang ekor hingga 200 meter. Desain dari layang-layang biasanya dengan watna hitam, warna merah dan putih seperti layang-layang tradisional Bali, kecuali untuk layang-layang dengan kreasi baru.
Festival Layang-layang Bali pertama kali digagas oleh budayawan yang juga mantan Gubernur Bali Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, pada tahun 1978. Lokasi festival layang-layang ini biasanya berada di Pantai Padang Galak, Sanur – Bali. Para peserta lomba ini adalah warga dari beberapa daerah kabupaten/kota yang ada di Bali seperti : Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan. Juga ada dari beberapa dari daerah lain di Indonesia maupun dari luar negeri seperti Jepang, Amerika, Australia dan dari Eropa juga berpartisipasi pada acara ini.
Festival layang-layang merupakan atraksi wisata yang sangat menarik dan mengandung dan keagamaan dari kehidupan masyarakat Bali.
Mengapa layang-layang? Karena layang-layang ini sudah menjadi budaya hidup sebagian besar masyarakat di Bali.
Hal ini dapat dilihat selama waktu panen, angin bertiup sangat keras dan ini adalah saat yang tepat untuk mengadakan kegiatan lomba ini.
Hal ini juga terlihat dari kehidupan masyarakat Hindu di bali yang menggunakan wujud Sang Hyang Rare Angon sebagai simbol kedekatan layang-layang dengan masyarakat Bali. Layang-layang menjadi ungkapan rasa syukur dan kebahagian petani atas keberhasilan panen mereka kepada Dewa Siwa, satu dari tiga manifestasi Tuhan dalam agama Hindu.
Dalam festival layang-layang ini melombakan berbagai jenis layang-layang tradisional Bali seperti Bebean (berbentuk ikan), Janggan (berbentuk burung) dan Pecukan (daun berbentuk) dan juga layang-layang kreasi baru.
Beberapa Ukuran layang-layang adalah berkisar antara 4 meter – 10 meter panjang. Layangan Janggan bisa memiliki panjang ekor hingga 200 meter. Desain dari layang-layang biasanya dengan watna hitam, warna merah dan putih seperti layang-layang tradisional Bali, kecuali untuk layang-layang dengan kreasi baru.
Festival Layang-layang Bali pertama kali digagas oleh budayawan yang juga mantan Gubernur Bali Prof. Dr. Ida Bagus Mantra, pada tahun 1978. Lokasi festival layang-layang ini biasanya berada di Pantai Padang Galak, Sanur – Bali. Para peserta lomba ini adalah warga dari beberapa daerah kabupaten/kota yang ada di Bali seperti : Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan. Juga ada dari beberapa dari daerah lain di Indonesia maupun dari luar negeri seperti Jepang, Amerika, Australia dan dari Eropa juga berpartisipasi pada acara ini.