Seni lukis wayang kamasan adalah salah satu bentuk karya seni klasik yang berawal pada abad ke-17 dan dianggap penting dalam Sementara karya seni ini tidak dapat dipisahkan dari nilai keagamaan, terutama nilai ritual.
Kamasan sebenarnya adalah nama sebuah desa yang berada di Kabupaten Klungkung, Bali.
Desa ini dikenal sebagai gudangnya seni lukis wayang klasik.
Corak lukisan Bali klasik dalam lukisan kamasan sangat mudah dikenali. Warna dasarnya cokelat muda. Cokelat muda ini diambil dari batu gamping yang dicelup dalam air.
Untuk warna hitam pada setiap garis yang ditorehkan, pada zaman dulu digunakan jelaga. Namun saat ini, pelukis sudah menggunakan tinta lukis modern untuk mendapatkan torehan hitam. Sedangkan warna-warna lain, pelukis menggunakan cat air agar lukisan lebih semarak.
Kamasan sebenarnya adalah nama sebuah desa yang berada di Kabupaten Klungkung, Bali.
Desa ini dikenal sebagai gudangnya seni lukis wayang klasik.
Corak lukisan Bali klasik dalam lukisan kamasan sangat mudah dikenali. Warna dasarnya cokelat muda. Cokelat muda ini diambil dari batu gamping yang dicelup dalam air.
Untuk warna hitam pada setiap garis yang ditorehkan, pada zaman dulu digunakan jelaga. Namun saat ini, pelukis sudah menggunakan tinta lukis modern untuk mendapatkan torehan hitam. Sedangkan warna-warna lain, pelukis menggunakan cat air agar lukisan lebih semarak.
Asal-usul lukisan wayang tradisional gaya Kamasan, merupakan kelanjutan dari tradisi melukis wong-wongan (manusia dengan alam sekitar) pada zaman pra-sejarah hingga masuknya agama Hindu di Bali dan keahlian tersebut mendapatkan kesempatan berkembang dengan baik.
Banyak aspek yang berkaitan dengan keberadaan seni lukis wayang Kamasan, diantaranya adalah aspek filosofi, spiritual, teknis, ekonorni, sosial dan budaya. Diantara berbagai aspek tersebut, khususnya aspek spiritual-kultural merupakan aspek yang menonjol pada lukisan wayang Kamasan.
Lukisan Wayang Kamasan bukanlah sekadar karya untuk penggalian keindahan saja, yang utama adalah sebuah karya berfungsi sebagai sebagai media untuk mencapai tujuan tertentu, seperti menunjukkan kehidupan yang baik dan buruk.
Melalui pengabdian tersebut maka diwujudkan lukisan kisah-kisah wayang sebagai bentuk keterkaitan dengan ajaran-ajaran agama Hindu Bali.
Pembagian bidang dalam seni lukis wayang Kamasan juga mengacu pada ajaran Hindu tentang Tri Loka, yaitu bawah, tengah, dan atas. Semakin tinggi dunia atau ruangnya maka dianggap semakin suci.
Sesungguhnya bakat seni tumbuh pula pada karya-karya seni lainnya yaitu berupa seni ukir emas dan perak dan yang terakhir ialah seni ukir peluru. Meskipun dari segi material yang digunakan kain warna logam mengikuti perubahan yang terjadi tetapi ciri khasnya tetap tampak dalam tema lukisan atau ukiran yaitu menggambarkan tokoh-tokoh wayang, seperti Ramayana, Mahabharata, Sutasoma, Panji, Lelintangan dan lain-lain.
Pada umumnya, cerita-cerita yang digambarkan mengandung nilai filosofis agama Hindhu dan budaya Bali.
Oleh karena itu, lukisan atau ukiran gaya Kamasan atau Wayang Kamasan dapat dikatakan agak tua umurnya dari konteks sejarahnya yang hingga sekarang masih nampak utuh.
Menurut kesan para kolektor Internasional, lukisan gaya Kamasan dianggap masih sangat halus dan canggih, bersih, tidak ribut dengan detil yang tidak penting dan sangat jelas pesan ceritanya.
Lukisan atau ukiran tradisional yang berintikan wayang itulah yang membawa daya tarik tersendiri bagi seniman atau wisatawan yang berkunjung ke desa Kamasan.
Bukti nyata seni lukis Wayang Kamasan ini dapat kita lihat pada lukisan di gedung Kertha Gosa yang dibangun sejak zaman kerajaan Klungkung. Lukisan-lukisan tersebut bercerita tentang perjalanan Bhima ke Swarga Loka, Diah Tantri, Sang Garuda mencari Amerta dan Palelindon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar